NAMA : LM. RESKY JULIYANTO. S
NPM : 15 630 040
UJI CHI KUADRAT
Chi-Square
disebut juga dengan Chi Kuadrat. Chi Square adalah salah satu jenis uji
komparatif non parametris yang dilakukan pada dua variabel, di mana skala data
kedua variabel adalah nominal. (Apabila dari 2 variabel, ada 1 variabel dengan
skala nominal maka dilakukan uji chi square dengan merujuk bahwa harus
digunakan uji pada derajat yang terendah).
Uji
chi-square merupakan uji non parametris yang
paling banyak digunakan. Namun perlu diketahui syarat-syarat uji ini adalah:
frekuensi responden atau sampel yang digunakan besar, sebab ada beberapa syarat
di mana chi square dapat digunakan yaitu:
1. Tidak
ada cell dengan nilai frekuensi kenyataan atau disebut juga Actual Count (F0) sebesar 0
(Nol).
2. Apabila
bentuk tabel kontingensi 2 X 2, maka tidak boleh ada 1 cell saja yang memiliki
frekuensi harapan atau disebut juga expected
count (“Fh”) kurang dari 5.
3. Apabila
bentuk tabel lebih dari 2 x 2, misak 2 x 3, maka jumlah cell
dengan frekuensi harapan yang kurang dari 5 tidak boleh lebih dari
20%.
Rumus
chi-square sebenarnya tidak hanya ada satu. Apabila tabel kontingensi bentuk 2
x 2, maka rumus yang digunakan adalah “koreksi yates”.
Apabila
tabel kontingensi 2 x 2 seperti di atas, tetapi tidak memenuhi syarat seperti
di atas, yaitu ada cell dengan frekuensi harapan kurang dari 5, maka rumus
harus diganti dengan rumus “Fisher Exact Test”.
Pada
artikel ini, akan fokus pada rumus untuk tabel kontingensi lebih dari 2 x 2,
yaitu rumus yang digunakan adalah “Pearson Chi-Square”.
Rumus
Tersebut adalah:
Uji
kai kuadrat (dilambangkan dengan “χ2” dari huruf
Yunani “Chi” dilafalkan “Kai”)
digunakan untuk menguji dua kelompok data baik variabel independen maupun
dependennya berbentuk kategorik atau dapat juga dikatakan sebagai uji proporsi
untuk dua peristiwa atau lebih, sehingga datanya bersifat diskrit. Misalnya
ingin mengetahui hubungan antara status gizi ibu (baik atau kurang) dengan
kejadian BBLR (ya atau tidak).
Dasar
uji kai kuadrat itu sendiri adalah membandingkan perbedaan frekuensi hasil
observasi (O) dengan frekuensi yang diharapkan (E). Perbedaan tersebut
meyakinkan jika harga dari Kai Kuadrat sama atau lebih besar dari suatu harga
yang ditetapkan pada taraf signifikan tertentu (dari tabel χ2).
Uji
Kai Kuadrat dapat digunakan untuk menguji :
1. Uji
χ2 untuk ada tidaknya hubungan antara dua
variabel (Independency test).
2. Uji
χ2 untuk homogenitas antar- sub kelompok (Homogenity test).
3. Uji
χ2 untuk Bentuk Distribusi (Goodness of Fit)
Sebagai
rumus dasar dari uji Kai Kuadrat adalah :
Keterangan
:
O = frekuensi hasil observasi
E = frekuensi yang diharapkan.
Nilai
E = (Jumlah sebaris x Jumlah Sekolom)
/ Jumlah data
df
= (b-1) (k-1)
Dalam
melakukan uji kai kuadrat, harus memenuhi syarat:
1. Sampel
dipilih secara acak
2. Semua
pengamatan dilakukan dengan independen
3. Setiap
sel paling sedikit berisi frekuensi harapan sebesar 1 (satu). Sel-sel dengdan
frekuensi harapan kurang dari 5 tidak melebihi 20% dari total sel
4. Besar
sampel sebaiknya > 40 (Cochran, 1954)
Keterbatasan
penggunaan uji Kai Kuadrat adalah tehnik uji kai kuadarat memakai data yang
diskrit dengan pendekatan distribusi kontinu.Dekatnya pendekatan yang
dihasilkan tergantung pada ukuran pada berbagai sel dari tabel kontingensi.
Untuk menjamin pendekatan yang memadai digunakan aturan dasar “frekuensi
harapan tidak boleh terlalu kecil” secara umum dengan ketentuan:
1. Tidak
boleh ada sel yang mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 1 (satu)
2. Tidak
lebih dari 20% sel mempunyai nilai harapan lebih kecil dari 5 (lima)
Bila
hal ini ditemukan dalam suatu tabel kontingensi, cara untuk menanggulanginyanya
adalah dengan menggabungkan nilai dari sel yang kecil ke se lainnya
(mengcollaps), artinya kategori dari variabel dikurangi sehingga kategori yang
nilai harapannya kecil dapat digabung ke kategori lain. Khusus untuk tabel 2×2
hal ini tidak dapat dilakukan, maka solusinya adalah melakukan uji
Analisis Chi Square
Contoh kasus
Contoh kasus
Perusahaan
penyalur alat elektronik AC ingin mengetahui apakah ada hubungan antara gender
dengan sikap mereka terhadap kualitas produk AC. Untuk itu mereka meminta 25
responden mengisi identitas mereka dan sikap atau persepsi mereka terhadap
produknya.
Permasalahan
: Apakah ada hubungan antara gender dengan sikap terhadap kualitas AC?
Hipotesis :
·
H0 = Tidak ada hubungan antara gender dengan
sikap terhadap kualitas AC
·
H1 = Ada hubungan antara gender dengan sikap
terhadap kualitas AC
Tolak
hipotesis nol (H0) apabila nilai signifikansi chi-square < 0.05 atau nilai
chi-square hitung lebih besar (>) dari nilai chi-square tabel.
Independensi
(keterkaitan) antara 2 faktor dapat diuji dengan uji chi square. Masalah
independensi ini banyak mendapat perhatian hampir di semua bidang, baik eksakta
maupun sosial ekonomi. Kita ambil contoh di bidang ekonomi dan
pendidikan. Kita bisa menduga bahwa keadaan ekonomi seseorang tidak ada
kaitannya dengan tingkat pendidikannya, atau justru sebaliknya bahwa keadaan
ekonomi seseorang terkait erat dengan tingkat pendidikannya. Untuk
menjawab dugaan-dugaan ini, kita bisa menggunakan uji chi square.
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
Langkah-langkahnya sebagai berikut.
1. Buatlah hipotesis
H0: tidak ada kaitan antara keadaan ekonomi seseorang dengan pendidikannya
HA: ada kaitan antara keadaan ekonomi seseorang dengan pendidikannya
H0: tidak ada kaitan antara keadaan ekonomi seseorang dengan pendidikannya
HA: ada kaitan antara keadaan ekonomi seseorang dengan pendidikannya
2. Lakukan penelitian dan kumpulkan data
Hasil
penelitian adalah sebagai berikut (tentatif).
Kategori
|
Di bawah garis kemiskinan
|
Di atas garis kemiskinan
|
Total
|
Tidak
tamat SD
|
8
|
4
|
12
|
SD
|
20
|
17
|
37
|
SMP
|
15
|
16
|
31
|
SMA
|
3
|
23
|
26
|
Perguruan
Tinggi
|
2
|
22
|
24
|
Total
|
48
|
82
|
130
|
3. Lakukan analisis
Kategori
|
Di bawah garis
kemiskinan
|
Di atas garis
kemiskinan
|
Total
|
Tidak tamat SD
O
E
|
8
4,43
|
4
7,57
|
12
|
SD
O
E
|
20
13,66
|
17
23,34
|
37
|
SMP
O
E
|
15
11,45
|
16
19,55
|
31
|
SMA
O
E
|
3
9,60
|
23
16,40
|
26
|
Perguruan Tinggi
O
E
|
2
8,86
|
22
15,14
|
24
|
Total
|
48
|
82
|
130
|
Nilai
O (Observasi) adalah nilai pengamatan di lapangan
Nilai E (expected) adalah nilai yang diharapkan, dihitung sbb:
1. Nilai E untuk kategori tidak tamat SD di bawah garis kemiskinan= (12 x 48)/130 = 4,43
2. Nilai E untuk kategori tidak tamat SD di atas garis kemiskinan = (12 x 82)/130 = 7,57
3. Nilai E untuk kategori SD di bawah garis kemiskinan = (37 x 48)/130 = 13,66
4. Nilai E untuk kategori SD di atas garis kemiskinan = (37 x 82)/130 = 23,34
5. Nilai E untuk kategori SMP di bawah garis kemiskinan = (31 x 48)/130 = 11,45
6. Nilai E untuk kategori SMP di atas garis kemiskinan = (31 x 82)/130 = 19,55
7. Nilai E untuk kategori SMA di bawah garis kemiskinan = (26 x 48)/130 = 9,60
8. Nilai E untuk kategori SMA di atas garis kemiskinan = (26 x 82)/130 = 16,40
9. Nilai E untuk kategori Perguruan Tinggi di bawah garis kemiskinan = (24 x 48)/130 = 8,86
10. Nilai E untuk kategori Perguruan Tinggi di atas garis kemiskinan = (24 x 82)/130 = 15,14
Nilai E (expected) adalah nilai yang diharapkan, dihitung sbb:
1. Nilai E untuk kategori tidak tamat SD di bawah garis kemiskinan= (12 x 48)/130 = 4,43
2. Nilai E untuk kategori tidak tamat SD di atas garis kemiskinan = (12 x 82)/130 = 7,57
3. Nilai E untuk kategori SD di bawah garis kemiskinan = (37 x 48)/130 = 13,66
4. Nilai E untuk kategori SD di atas garis kemiskinan = (37 x 82)/130 = 23,34
5. Nilai E untuk kategori SMP di bawah garis kemiskinan = (31 x 48)/130 = 11,45
6. Nilai E untuk kategori SMP di atas garis kemiskinan = (31 x 82)/130 = 19,55
7. Nilai E untuk kategori SMA di bawah garis kemiskinan = (26 x 48)/130 = 9,60
8. Nilai E untuk kategori SMA di atas garis kemiskinan = (26 x 82)/130 = 16,40
9. Nilai E untuk kategori Perguruan Tinggi di bawah garis kemiskinan = (24 x 48)/130 = 8,86
10. Nilai E untuk kategori Perguruan Tinggi di atas garis kemiskinan = (24 x 82)/130 = 15,14
Hitung
nilai Chi square (x^2)
TABEL
CHI-SQUARE
4. Kriteria Pengambilan Kesimpulan
Kesimpulan
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai x^2 hitung = 26,586, yaitu lebih besar darinilai x^2 tabel yaitu 9,488, sehingga kita harus menerima HA. Dengan demikian, kita simpulkan bahwa ada kaitan yang signifikan antara keadaan ekonomi seseorang dengan tingkat pendidikannya (lihat lagi hipotesis di atas, khususnya bunyi hipotesis HA).
Catatan: kata signifikan berasal dari α = 0,05.
Kesimpulan
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai x^2 hitung = 26,586, yaitu lebih besar darinilai x^2 tabel yaitu 9,488, sehingga kita harus menerima HA. Dengan demikian, kita simpulkan bahwa ada kaitan yang signifikan antara keadaan ekonomi seseorang dengan tingkat pendidikannya (lihat lagi hipotesis di atas, khususnya bunyi hipotesis HA).
Catatan: kata signifikan berasal dari α = 0,05.
2. Menguji proporsi
Contoh
kasus (1):
Menurut
teori genetika (Hukum Mendel I) persilangan antara kacang kapri berbunga
merah dengan yang berbunga putih akan menghasilkan tanaman dengan proporsi
sebagai berikut: 25% berbunga merah, 50% berbunga merah jambu, dan 25% berbunga
putih. Kemudian, dari suatu penelitian dengan kondisi yang sama,
seorang peneliti memperoleh hasil sebagai berikut, 30 batang berbunga merah, 78
batang berbunga merah jambu, dan 40 batang berbunga putih. Pertanyaannya
adalah apakah hasil penelitian si peneliti tersebut sesuai dengan Hukum Mendel
atau tidak?
Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, kita bisa menggunakan uji chi-square, sebagai
berikut:
1. Buatlah hipotesis
H0: rasio penelitian adalah 1:2:1 atau 25%:50%:25%
HA: rasio penelitian adalah rasio lainnya
H0: rasio penelitian adalah 1:2:1 atau 25%:50%:25%
HA: rasio penelitian adalah rasio lainnya
2. Lakukan analisis
Kategori
|
Merah
|
Merah Jambu
|
Putih
|
Jumlah
|
Pengamatan (O)
|
30
|
78
|
40
|
148
|
Diharapkan (E)
|
37
|
74
|
37
|
148
|
Proporsi
diharapkan (E) dicari berdasarkan rasio 1:2:1, sebagai berikut:
Merah = 1/4 x 148 = 37
Merah Jambu = 2/4 x 148 = 74
Merah = 1/4 x 148 = 37
Merah Jambu = 2/4 x 148 = 74
Putih
= 1/4 x 148 = 37
Df
= (kolom -1)(baris -1) = (3-1)(2-1) = 2
Kriteria Pengambilan Kesimpulan
Terima H0 jika x^2 hitung< x^2 tabel
Tolak H0 jik x^2 hitung≥ x^2 tabel
Terima H0 jika x^2 hitung< x^2 tabel
Tolak H0 jik x^2 hitung≥ x^2 tabel
Kesimpulan
Dari hasil analisis data, diperoleh x^2 hitung< x^2 tabel, maka H0 diterima.
Artinya, rasio hasil penelitian si peneliti tersebut sesuai dengan rasio menurut Hukum Mendel (lihat bunyi hipotesis pada H0).
Dari hasil analisis data, diperoleh x^2 hitung< x^2 tabel, maka H0 diterima.
Artinya, rasio hasil penelitian si peneliti tersebut sesuai dengan rasio menurut Hukum Mendel (lihat bunyi hipotesis pada H0).
Contoh Kasus (2):
Suatu survey ingin mengetahui apakah ada hubungan Asupan Lauk dengan kejadian Anemia pada penduduk desa X. Kemudian diambil sampel sebanyak 120 orang yang terdiri dari 50 orang asupan lauknya baik dan 70 orang asupan lauknya kurang. Setelah dilakukan pengukuran kadar Hb ternyata dari 50 orang yang asupan lauknya baik, ada 10 orang yang dinyatakan anemia. Sedangkan dari 70 orang yang asupan lauknya kurang ada 20 orang yang anemia.Ujilah apakah ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut.
Jawab :
HIPOTESIS :
Ho : P1 = P2 (Tidak ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
Ho : P1 ≠ P2 (Ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
Suatu survey ingin mengetahui apakah ada hubungan Asupan Lauk dengan kejadian Anemia pada penduduk desa X. Kemudian diambil sampel sebanyak 120 orang yang terdiri dari 50 orang asupan lauknya baik dan 70 orang asupan lauknya kurang. Setelah dilakukan pengukuran kadar Hb ternyata dari 50 orang yang asupan lauknya baik, ada 10 orang yang dinyatakan anemia. Sedangkan dari 70 orang yang asupan lauknya kurang ada 20 orang yang anemia.Ujilah apakah ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut.
Jawab :
HIPOTESIS :
Ho : P1 = P2 (Tidak ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
Ho : P1 ≠ P2 (Ada perbedaan proporsi anemia pada kedua kelompok tersebut)
PERHITUNGAN
:
Untuk membantu dalam perhitungannya kita membuat tabel silangnya seperti ini :
Untuk membantu dalam perhitungannya kita membuat tabel silangnya seperti ini :
Kemudian
tentukan nilai observasi (O) dan nilai ekspektasi (E) :
Selanjutnya
masukan dalam rumus :
sekarang
kita menentukan nilai tabel pada taraf nyata/alfa = 0.05. Sebelumnya kita harus
menentukan nilai df-nya. Karena tabel kita 2×2, maka nilai df = (2-1)*(2-1)=1.
Dari
tabeli kai kudrat di atas pada df=1 dan alfa=0.05 diperoleh nilai tabel = 3.841.
KEPUTUSAN STATISTIK
Bila nilai hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka Ho gagal ditolak, sebaliknya bila nilai hitung lebih besar atau sama dengan nilai tabel, maka Ho ditolak.
Bila nilai hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka Ho gagal ditolak, sebaliknya bila nilai hitung lebih besar atau sama dengan nilai tabel, maka Ho ditolak.
Dari perhitungan di atas menunjukan bahwa χ2 hitung
< χ2 tabel, sehingga Ho gagal ditolak.
KESIMPULAN
Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi antara kedua kelompok tersebut. Atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara asupan lauk dengan kejadian anemia.
Tidak ada perbedaan yang bermakna proporsi antara kedua kelompok tersebut. Atau dengan kata lain tidak ada hubungan antara asupan lauk dengan kejadian anemia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar